Karakteristik Batu Beserta Jenis-jenisnya, Dibahas Lengkap di Sini!

karakteristik batu alam

Dalam proses konstruksi rumah, pemanfaatan batu alam sudah menjadi hal yang lumrah. Batu pada dasarnya adalah sebuah agregat yang terbentuk secara alami oleh penggabungan mineral-mineral yang membentuk kerak bumi.

Jenis dan karakteristik batu alam dikategorikan ke dalam beberapa bagian, tergantung dari proses pembentukannya. Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang berbagai jenis dan karakteristik batu alam, simak tulisan di bawah ini.

Mengenal jenis-jenis dan karakteristik batu

Terdapat keragaman jenis, struktur, dan karakteristik batu. Secara geologis, batuan dipisahkan menjadi tiga kategori utama bergantung pada mekanisme pembentukannya, yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.

Cari tahu jenis-jenis dan karakteristik batuan alam tersebut dalam pembahasan berikut:

1. Batuan Beku

Klasifikasi batuan yang pertama adalah batuan beku. Tersirat dari namanya, batuan ini berasal dari pendinginan dan pemadatan zat cair bersuhu tinggi.

Pembentukannya diwujudkan melalui berbagai proses. Batuan beku yang terbentuk di bawah permukaan bumi disebut batuan beku intrusif atau plutonik, sedangkan batuan beku yang terbentuk di luar atau di atas kerak bumi disebut batuan beku ekstrusif atau vulkanik.

a. Batuan Beku Intrusif (Plutonik)

Batuan beku intrusif atau batuan plutonik terbentuk dari magma yang mengeras jauh di dalam kerak bumi. Batu-batu ini hanya terdiri dari kristal karena proses pendinginannya yang lambat di kedalaman bumi, sehingga menghasilkan kristalisasi yang sempurna.

Ciri-ciri batuan beku plutonik meliputi ukurannya yang besar dan teksturnya yang kasar.  Contohnya adalah granit dan diorit yang menampilkan tekstur kasar dengan butiran mineral yang cukup besar. Tekstur tersebut menandakan periode pendinginan berkepanjangan yang berlangsung ribuan atau jutaan tahun di dalam bumi.

Ada juga batuan seperti basalt dan obsidian yang menunjukkan butiran kecil dan tekstur yang relatif halus. Hal ini terjadi akibat dari pendinginan yang cepat ketika magma muncul sebagai lava, sehingga membatasi waktu pembentukan kristal. Obsidian, yang mendingin menjadi kaca vulkanik dengan cepat setelah dikeluarkan, sehingga butirannya tidak terlihat oleh mata telanjang.

b. Batuan Beku Gang

Jenis batuan yang kedua adalah batuan beku gang. Ia berasal dari magma yang terbentuk di gang atau saluran sempit. Akibatnya, batuan beku ini terletak lebih dekat ke permukaan bumi di dalam saluran tersebut.

Proses pendinginan magma untuk pembentukan batuan beku gang juga lebih cepat, meskipun kristalisasinya mungkin tidak sempurna. Karena itulah, batuan ini menampilkan kombinasi kristal besar, kristal kecil, dan dalam beberapa kasus ada juga batuan yang tidak mengalami kristalisasi.

Contoh dari jenis batuan ini mencakup porfiri granit, porfiri gabro, porfiri sienit, dan granit fosfor.

c. Batuan Beku Ekstrusif (Vulkanis)

Jenis batuan terakhir adalah batuan beku ekstrusif, atau yang sering disebut juga sebagai batuan vulkanik. Batuan ekstrusif terbentuk dari magma yang keluar ke permukaan bumi, atau yang biasa disebut lava. Kristalisasi terjadi setelah lava berada di luar permukaan bumi.

Batuan beku ekstrusif punya tekstur vesikular atau “berlubang”. Fenomena ini muncul dari adanya sisa gas di dalam magma yang dikeluarkan. Akibatnya, saat didinginkan, gelembung-gelembung gas ini akan terperangkap, kemudian menimbulkan tekstur berpori atau bergelembung pada batuan. Contoh nyata dari formasi ini adalah batu apung, batu rhyolit, batu andesit, batu trachit, batu basalt, serta batu obsidian.

2. Batuan Sedimen

Kategori batuan yang berikutnya adalah batuan sedimen. Sekitar 5% kerak bumi terdiri dari formasi batuan sedimen yang menyelimuti sekitar 75% permukaan planet. Selain itu, sekitar 80% luas permukaan benua ini ditutupi oleh endapan batuan sedimen.

Batuan sedimen terjadi karena proses pengendapan materi hasil erosi atau pelarutan.  Bisa dibilang, batuan ini berasal dari pecahan batuan atau bahan organik yang sudah ada sebelumnya. 

Karakteristik batu alam sedimen ini terlihat dari rona warnanya yang terang atau cerah, putih, kuning, maupun abu-abu terang. Setiap rona warna tersebut tergantung dari komposisi bahan pembentuknya.

Simak pembahasan tentang jenis-jenis karakteristik batuan sedimen menurut cara pembentukannya berikut ini.

a. Batuan sedimen dari medium pengendapannya

Berdasarkan medium pengendapannya, batuan sedimen diklasifikasikan menjadi batuan sedimen aeris, glasial, aquatis, dan marine.

Batuan sedimen aeris berasal dari pengendapan yang berbasis angin. Contohnya meliputi tanah loess, tanah tuf, dan tanah pasir gurun. Sebaliknya, batuan sedimen glasial dihasilkan dari pengendapan es atau gletser, seperti moraine.

Batuan sedimen aquatis menunjukkan batuan yang terbentuk melalui pengendapan oleh air. Contohnya termasuk breksi konglomerat dan batu pasir. 

Jenis terakhir, batuan sedimen marine, muncul dari pengendapan di air laut. Contohnya ada dalam formasi seperti batu gamping dan batu garam.

b. Batuan sedimen dari tempat pengendapannya

Jenis batuan sedimen lainnya diklasifikasi berdasarkan lokasi pengendapannya. Contohnya adalah batuan sedimen teristis, limnis, kontinental, fluvial, dan glacial.

Yang pertama, ada batuan sedimen teristris mengendap di darat. Sebaliknya, batuan sedimen limnis berasal dari pengendapan danau, seperti tuff danau dan tanah liat danau

Batuan sedimen kontinental muncul dari pengendapan di laut, contohnya termasuk tanah loss, tanah merah, dan tanah gurun pasir. Berikutnya, ada batuan sedimen yang bersumber dari pengendapan sungai di darat, danau, dan laut tergolong dalam batuan sedimen fluvial.

Terakhir, ada batuan sedimen glasial. Atau batuan sedimen yang berasal dari daerah yang terdapat es atau salju.

c. Batuan sedimen dari cara pengendapannya

Jenis batuan yang terakhir adalah batuan sedimen yang berdasarkan cara pengendapannya. Batuan sedimen klastis, yang berasal dari pelapukan erosi dan pelapukan batuan lain. Batuan ini terdiri dari partikel-partikel yang mengendap, bergabung, dan mengeras menjadi satu. Contohnya termasuk batu breksi dan batu pasir.

Seperti namanya, batuan sedimen kimia dihasilkan dari proses pelapukan kimia yang melibatkan pemisahan molekul zat, yang menyebabkan pembentukan batuan. Ada yang berpendapat bahwa batuan sedimen kimia ini terbentuk sebagai larutan dalam air atau langsung diendapkan.

Batuan sedimen organis terbentuk melalui akumulasi mikroorganisme yang akhirnya memadat menjadi formasi batuan. Beberapa peneliti juga mengatakan bahwa batuan sedimen organis dihasilkan dari zat-zat yang terlarut dalam air, kemudian diproses oleh organisme untuk membentuk batuan endapan organis.

3. Batuan Metamorf

Klasifikasi batuan yang terakhir adalah batuan metamorf. Jenis batuan ini telah mengalami perubahan dari keadaan aslinya karena suhu panas atau tekanan yang sangat besar.

Batuan metamorf memiliki dua kelas berbeda: foliasi dan nonfoliasi. Foliasi terbentuk ketika batuan yang mengandung mineral datar atau memanjang mengalami tekanan yang signifikan, lalu mineral-mineral ini akan membentuk lapisan-lapisan. Contoh batuan yang menggambarkan perubahan ini terjadi pada granit, batuan beku.

Granit awalnya mengandung mineral panjang seperti platy yang awalnya tidak sejajar. Namun, di bawah tekanan yang meningkat, mineral-mineral tersebut mengalami reorientasi secara seragam dalam satu arah, memampatkan menjadi lembaran datar. Melalui transformasi ini granit berubah menjadi gneiss.

Batuan nonfoliasi mengalami proses serupa, tetapi kekurangan mineral di bawah tekanan, sehingga tidak memiliki tampilan berlapis seperti batuan foliasi. Ada beberapa batuan sedimen yang dapat berubah menjadi batuan metamorf nonfoliasi di bawah panas dan tekanan yang cukup. Contohnya seperti batubara bitumen, batu kapur, dan batu pasir.

Selain itu, batuan nonfoliasi juga dapat terbentuk melalui metamorfisme kontak, ketika magma berinteraksi dengan batuan di sekitarnya.

a. Batuan Metamorf Dinamo

Awalnya terdapat batuan metamorf dinamo yang terbentuk melalui transformasi suatu mineral menjadi mineral lainnya. Batuan metamorf dinamo muncul karena tekanan kuat akibat diatropisme.

Metamorfisme seperti ini banyak terjadi di daerah sesar dan lipatan. Seperti apa contoh batuannya? Mulai dari batu lumpur (mudstone) menjadi batu tulis (slate), batubara menjadi antrasit, sabak, gneiss, hingga serpih.

b. Batuan Metamorf Kontak

Batuan Metamorf Kontak terjadi pada batuan karena pengaruh intrusi magma panas dan jauh. Hal ini menyebabkan berkurangnya tingkat metamorfisme karena suhu temperaturnya yang lebih rendah.

Banyak mineral-mineral bahan galian yang letaknya relatif teratur menurut jauhnya dari bahan intrusi di zona metamorfosis tersebut. Contoh dari batuan metamorf kontak antara lain adalah marmer dari batu gamping (limestone) dan antrasit dari batubara.

c. Batuan Metamorf Pneumatolitis

Terakhir, ada batuan metamorf pneumatolitis yang terbentuk akibat dampak gas- gas dari magma. Interaksi antara gas panas dan mineral batuan menyebabkan perubahan komposisi kimia mineral tersebut.

Misalnya, kuarsa yang terkena gas borium yang mengalami transformasi menjadi turmalin.

Demikian pembahasan tentang jenis-jenis dan karakteristik batu alam yang bermanfaat untuk pembangunan rumah. Semoga artikel ini dapat membantumu menemukan karakteristik batu alam yang terbaik dan tepat untuk proyek bangunanmu, ya!

Artikel Terkait

Artikel Terbaru