Menggabungkan Alam ke Dalam Bangunan: Memahami Konsep Desain Biophilic

desain biophilic

Dalam dunia desain arsitektur modern, konsep desain biophilic telah menjadi sorotan utama. Desain biophilic menawarkan pendekatan yang berfokus pada integrasi harmonis antara alam dan ruang manusia. Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya lingkungan dan kesejahteraan manusia, desain biophilic telah menjadi sebuah tren yang menarik dalam industri arsitektur.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep desain biophilic, mengapa hal itu penting, manfaatnya, serta tantangan yang dihadapi dalam penerapannya, khususnya di Indonesia.

Apa Itu Desain Biophilic?

Desain biophilic merujuk pada konsep desain yang bertujuan untuk memperkuat koneksi manusia dengan alam melalui penggunaan elemen-elemen alami dan strategi desain yang menginspirasi. Dalam esensinya, desain biophilic mencoba untuk menciptakan lingkungan yang merangsang dan mendukung kesejahteraan fisik serta mental manusia dengan memperkenalkan unsur-unsur alami ke dalam ruang batin.

Desain biophilic bertujuan untuk mereplikasi pengalaman alam di dalam ruang manusia, dengan harapan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan penghuninya.

Pentingnya Arsitektur Desain Biophilic

Pentingnya arsitektur biophilic tidak bisa diremehkan. Dengan gaya hidup modern yang semakin terpisah dari alam, manusia sering kali mengalami tekanan dan stres. Desain biophilic memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih seimbang secara mental dan emosional dengan memasukkan unsur-unsur alami ke dalam ruang-ruang yang kita tempati sehari-hari.

Dengan demikian, arsitektur biophilic bukan hanya tentang menciptakan bangunan yang indah secara visual, tetapi juga tentang menciptakan tempat-tempat yang mendukung kesejahteraan manusia.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa paparan terhadap alam dapat mengurangi tingkat stres, meningkatkan konsentrasi, dan memperbaiki suasana hati. Dengan memasukkan elemen-elemen alami ke dalam desain, arsitektur biophilic membantu menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan fisik dan mental.

Keuntungan Arsitektur Desain Biophilic

Ada berbagai keuntungan yang terkait dengan penerapan desain biophilic, termasuk peningkatan kesejahteraan fisik dan mental, peningkatan produktivitas, serta pengurangan stres. Selain itu, desain biophilic juga dapat membantu dalam mengurangi jejak lingkungan dari bangunan dan meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan.

Studi telah menunjukkan bahwa ruang yang dirancang secara biophilic dapat meningkatkan kinerja kognitif, kreativitas, dan produktivitas. Di rumah hunian, penerapan desain biophilic dinilai dapat membuat suasana rumah menjadi lebih tenang. Penggunaan konsep ini pun dapat meningkatkan harga properti sampai 4-5%, dan menurunkan angka kriminalitas hingga 7-8%.

Sedangkan jika konsep ramah lingkungan ini diterapkan pada desain kantor, ini akan membantu meningkatkan sekitar 8% produktivitas perusahaan. Karena dapat membantu menunjang kesehatan karyawan, absensi ketidakhadiran para pekerja pun akan menurun. Bahkan dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan sampai 13%.

Penerapan Desain Biophilic

Dalam penerapannya, desain biophilic terbagi ke dalam beberapa konsep antara lain sebagai berikut:

1. Nature in The Space

Ini melibatkan penggunaan elemen-elemen alami seperti tanaman, air, dan material organik dalam desain interior dan eksterior bangunan. Tanaman hijau dapat ditempatkan di seluruh ruangan untuk memberikan nuansa segar dan alami. Selain itu, penggunaan material organik seperti kayu dan batu alami dapat menciptakan suasana yang hangat dan nyaman.

2. Nature off The Space

Ini melibatkan menciptakan hubungan yang kuat antara ruang dalam dan luar, misalnya dengan memaksimalkan pemandangan alam dan akses ke cahaya alami. Jendela besar atau pintu geser kaca dapat digunakan untuk menghadirkan pemandangan alam ke dalam ruangan, sementara teras atau taman dalam ruangan dapat memberikan ruang untuk berinteraksi dengan alam secara langsung.

3. Natural Analog

Menggunakan bentuk, pola, dan tekstur yang terinspirasi dari alam dalam desain, seperti menggabungkan motif daun atau batu dalam elemen-elemen dekoratif. Misalnya, dinding batu alam dapat digunakan sebagai latar belakang untuk menampilkan karya seni atau sebagai elemen dekoratif dalam desain interior.

Faktor-faktor Penting dalam Implementasi Desain Biophilic

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menerapkan desain biophilic termasuk pemilihan material yang ramah lingkungan, penempatan tanaman yang tepat, serta perencanaan ruang yang memperhitungkan sirkulasi udara dan cahaya alami.

Penggunaan material ramah lingkungan seperti bambu, kayu daur ulang, dan cat berbahan dasar air dapat membantu mengurangi jejak lingkungan dari bangunan. Selain itu, penempatan tanaman dalam ruangan dapat membantu meningkatkan kualitas udara dan mengurangi polusi udara dalam ruangan.

Penerapan Arsitektur dengan Desain Biophilic

Penerapan desain biophilic pada ruang dapat ditunjukkan dengan membuat penerangan dan ventilasi udara alami dan adanya unsur air serta tumbuhan dalam ruang. Penerapan unsur alam dapat diaplikasikan melalui penggunaan material alam dan replika bentuk bentuk alam melalui desain, pola ornamen maupun finishing interior.

Desain biophilic memperjelas keberadaan tempat manusia dalam alam dan menggunakan lingkungan buatan untuk memelihara, membangkitkan dan meningkatkan interaksi fisiologis dan psikologis manusia dengan alam. Esensi dari desain biophilic ini adalah untuk menciptakan ruangan yang didalamnya terjalin interaksi dengan alam yang merupakan kebutuhan dasar manusia.

Tantangan dan Hambatan dalam Menerapkan Desain Biophilic

Meskipun desain biophilic menawarkan berbagai manfaat yang signifikan, ada beberapa tantangan dan hambatan yang perlu diatasi dalam menerapkannya, terutama di Indonesia.

1. Keterbatasan Sumber Daya

Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan sumber daya, terutama dalam hal akses terhadap material alami dan teknologi yang diperlukan untuk menerapkan desain biophilic. Meskipun Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, masih ada kesulitan dalam mendapatkan material yang sesuai dengan prinsip-prinsip desain biophilic.

2. Kesadaran dan Pendidikan

Kurangnya kesadaran dan pemahaman yang luas tentang konsep desain biophilic juga merupakan hambatan dalam menerapkannya. Banyak orang mungkin tidak memahami betapa pentingnya integrasi dengan alam dalam desain ruang, dan sebagai hasilnya, desain tradisional yang kurang berkelanjutan masih dominan.

3. Peraturan dan Standar

Peraturan dan standar bangunan yang ada mungkin tidak selalu memperhatikan atau mendorong penerapan desain biophilic. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi para arsitek dan desainer yang ingin menerapkan prinsip-prinsip ini dalam proyek mereka, karena mereka harus berurusan dengan batasan-batasan peraturan yang ada.

4. Biaya

Implementasi desain biophilic juga dapat melibatkan biaya tambahan, terutama dalam hal penggunaan material dan teknologi yang ramah lingkungan. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi banyak pengembang atau pemilik proyek yang mungkin lebih memperhatikan anggaran daripada keberlanjutan lingkungan.

Namun, meskipun ada tantangan yang harus diatasi, penting untuk diingat bahwa manfaat dari desain biophilic dapat jauh melebihi biaya dan upaya yang diperlukan untuk menerapkannya. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan manusia, diharapkan bahwa desain biophilic akan menjadi lebih umum dan lebih mudah diakses di masa depan.

Itulah penjelasan mengenai desain biophilic yang perlu Anda pahami. Dengan mengeksplorasi konsep desain biophilic, kita telah membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan manusia dengan alam dan kaitannya dengan bangunan di sekitar kita. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!

Artikel Terkait

Artikel Terbaru